Kamis, 23 September 2010

Paskibraka Putri Diminta Baris Tanpa Busana

Sejak hari pertama, perlakuan tidak senonoh sudah diterima korban putri.

Kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anggota Paskibraka DKI anggkatan 2010 telah terjadi sejak hari pertama kegiatan. Berdasarkan kronologi yang disampaikan para korban, pada hari pertama kegiatan Sabtu 3 Juli 2010, aksi pelecehan dan kekerasan telah mereka rasakan.

Setelah sarapan, para korban calon Paskibraka (Capaska) putri angkatan 2010 dibawa ke Cibubur menggunakan bus dengan mata ditutup handuk.

Barang milik perserta seperti telepon genggam dan dompet peserta dikumpulkan senior mereka. Sementara barang-barang di luar yang diperintahkan panitia seperti makanan kecil dikumpulkan lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Makanan kecil itu dikumpulkan dan tidak diberikan maupun di kembalikan selama kegiatan berlangsung. Makanan milik perserta belakangan diketahui dimakan para panitia.

Kemudian pada waktu mandi sore dalam barak dengan pintu utama tertutup, semua peserta wanita diperintahkan berbaris berhadap-hadapan. Kemudian dengan hitungan ke 10, korban diminta untuk membuka seluruh pakaian mereka hingga telanjang. Dalam keadaan tanpa busana, korban diperintahkan untuk masuk ke kamar mandi untuk berbilas.

Mereka kemudian masih dalam keadaan tanpa busana diperintahkan untuk berbaris di depan pintu kamar mandi sambil menadahkan tangan untuk menerima shampoo dan sabun dan berbilas.

Kemudian setelah mandi, mereka diminta berbaris keadaan terlanjang di depan pintu kamar mandi untuk mengeringkan badan.

Setelah mengeringkan badan, handuk dikumpulkan lagi dan masih dalam keadaan tanpa busana mereka diperintahkan masuk ke kamar tidur dengan bebaris sikap sempurna.
Menurut sumber, perlakukan ini tidak pernah ada dalam buku petunjuk pelaksanaan pelatihan sesuai yang dikeluarkan Disorda DKI. Sejumlah hukuman lain seperti jalan jongkok dalam keadaan tanpa busana juga kerap diterima para peserta putri.

Saat dimintai keterangan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta Saeffulah mengakui telah kecolongan atas kejadian ini, karena tidak melakukan pengawasan.

Menurut Ketua KPAI, Hadi Supeno, kejadian pelecehan itu memang pernah terjadi, keterangan ini disampaikan orangtua korban kepada KPAI. Karena itu KPAI mendesak Disorda untuk bertanggungjawab dan menyampaikan permintaan maaf mereka kepada korban dan masyarakat.

"Menurut pengakuan orangtua korban yang dilaporkan dari anak mereka memang seperti itu. Kejadian itu berlangsung hingga delapan kali sejak hari pertama hingga 6 Juli 2010," ujar Hadi.

KPAI juga minta agar Pemerintah DKI Jakarta, dalam hal ini adalah Gubernur Fauzi Bowo untuk segera mengambil sikap tegas. Pemberian saksi harus segera dilakukan kepada mereka yang harus bertanggungjawab atas kejadian ini.

"Gubernur harus tegas dan mereka yang punya mekanisme pemberian sanksi," ujarnya.

Informasi pelecehan seksual itu beredar setelah orangtua para anggota putri Paskibraka yang diduga mendapatkan tindak kekerasan dan pelecehan seksual dari seniornya mengadu ke KPAI dan membukanya kepada publik.

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Metro Jaya juga telah memintai keterangan korban dan segera memanggil Disorda terkait kejadian ini. (adi)

Tidak ada komentar: